BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANGPENDAHULUAN
Di dalam sastra terdapat berbagai pengetahuan yang tersimpan di dalamnya. Sastra juga memiliki pengaruh yang luar biasa terhadap kehidupan. Mempelajari sastra akan sangat bermanfaat untuk menambah pengetahuan kita khususnya mengenai kesusastraan di Indonesia.
Sejarah sastra adalah sebuah cabang ilmu bahasa yang mempelajari tentang seluk beluk sastra (asal mula dan kejadian) sastra sejak zaman dahulu. Dengan kata lain sejarah sastra membahas mengenai perkembangan sastra itu sendiri sejak zaman dahulu hingga sekarang dan pengaruh – pengaruh apa saja yang timbul di dalamya.
Dalam makalah ini akan mencoba membahas mengenai sastra zaman peralihan. Sastra zaman peralihan adalah sastra yang lahir dari pertemuan sastra yang berunsur Hindu dengan sastra yang berunsur Islam di dalamnya.
B. RUMUSAN MASALAH
Adapun permasalahan yang akan dibahas pada makalah ini antara lain :
A. Kesusastraan Peralihan ( Abdullah bin Abdul Kadir Munsyi )
B. Abdullah bin Abdul Kadir Munsyi bukan sastrawan Indonesia
C. Peranan Kesusastraan Peralihan dalam Kesusastraan Indonesia
D. Contoh Kesusastraan Peralihan
BAB II
PEMBAHASAN MASALAH
PEMBAHASAN MASALAH
A. Kesusastraan Peralihan ( Abdullah bin Abdul Kadir Munsyi )
1. Pengertian Sastra Peralihan
Sastra zaman peralihan adalah sastra yang lahir dari pertemuan sastra yang berunsur Hindu dengan sastra yang berunsur Islam di dalamnya. Sebelum masuk ke sastra Indonesia / setelah zaman Melayu dan Islam sejarah sastra Indonesia mengalami suatu zaman peralihan ini dikenal juga sebagai zaman Abdullah bin Abdul Kadir Munsyi.
Inti dari setiap cerita Melayu adalah suatu cerita rakyat atau kelompok cerita rakyat yang dipengaruhi India yang dimanipulasi baik dalam kesatuan tempat, waktu, maupun kebenaran sejarah (Winstedt, 1969:70). Setelah itu, sastra Melayu dipengaruhi cerita Jawa dan Islam. Dari sastra terpengaruh Hindu ke sastra Islam ditemukan cerira-cerita transisi.
Yang dimaksud sastra peralihan (transisi) ialah karya sastra yang di dalamnya tergambar peralihan dari pengaruh Hindu ke pengaruh Islam. Di dalam sastra peralihan, terdapat cerita-cerita dengan motif Hindu, tetapi unsur-unsur Islam juga dimunculkan. Istilah sastra zaman peralihan muncul berdasarkan asumsi bahwa sebelum Islam masuk ke Melayu, pengaruh India (khususnya agama Hindu dan Buddha) sudah begitu dalam mempengaruhi pikiran orang-orang Melayu.
Sastra yang terpengaruh India (Hindu dan Buddha) mempunyai ciri-ciri tertentu. Ciri-ciri sastra yang masih terpengaruh India adalah sebagai berikut.
a. Sumber kekuasaan dan kekuatan diceritakan berasal dari dewa-dewa. Hal ini sesuai dengan pandangan Hindu bahwa yang menguasai dunia ialah para dewa.
b. Dewa dan manusia sering berinteraksi. Manusia tertentu sering dikatakan masih keturunan dewa atau dewa keindraan yang turun ke dunia.
c. Motif-motif cerita dari Mahabharata dan Ramayana sering muncul, namun dalam konteks yang berbeda. Motif tersebut misalnya kisah sayembara memperebutkan istri, senjata sakti, pembuangan tokoh utama, dan sebagainya.
2. Ciri-ciri Sastra Peralihan
Sastra peralihan memiliki ciri-ciri tertentu. Ciri-ciri tersebut dapat diuraikan sebagai berikut.
a. Hikayat zaman peralihan mempunyai motif-motif cerita India. Motif-motif tersebut adalah sebagai berikut.
Tokoh Peristiwa
Tokoh Ditokohi dewa-dewi, bidadari, yang turun ke dunia untuk menjadi anak raja
Kelahiran tokoh Tokoh utama biasanya lahir secara ajaib, disertai gejala alam luar biasa, lahir bersama senjata sakti
Tuah Anak raja biasanya membawa tuah yang menjadikan negeri makmur, aman sentausa
Petualangan Setelah mengalami masa damai bersama orang tuanya, tokoh utama biasanya melakukan petualangan yang luar biasa dan memperoleh hikmat-hikmat yang luar biasa pula. Petualangan itu terjadi karena beberapa sebab, misalnya difitnah, diserang garuda/ naga, mencari putri yang ada dalam mimpi, diculik, dan sebagainya.
Akhir cerita Cerita diakhiri dengan tokoh utama yang berbahagia bersama istri-istrinya.
b. Muncul unsur-unsur Islam.
Dalam hikayat peralihan, unsur-unsur Islam dimunculkan. Unsur-unsur tersebut adalah sebagai berikut.
a) Penyebutan nama Tuhan mula-mula disebut dengan nama Hindu seperti dewata mulia raya, Batara Kala lalu menjadi nama Islam seperti raja syah alam atau Allah Subhana wa Ta’ala.
b) Penggantian judul
Dalam hal judul, sastra zaman peralihan sering memiliki dua judul, yakni judul yang terpengaruh Hindu dan judul yang terpengaruh Islam. Contoh hikayat yang memiliki dua judul tersebut dapat dilihat di tabel berikut.
Nama Hindu Nama Islam
Hikayat Marakarma Hikayat Si Miskin
Hikayat Indrajaya/ Hikayat Bikramajaya Hikayat Syah Mardan
Hikayat Serangga Bayu Hikayat Ahmad Muhammad
c) Dimunculkan percakapan mengenai agama Islam oleh tokoh tertentu. Misalnya (1) Inderajaya bertanya jawab tentang agama Islam dengan istrinya, (2) Lukman Hakim muncul menerangkan perbedaan antara sembahyang dan salat, arti syariat, tarikat, hakikat, dan makrifat. (3) Isma Yatim menguraikan syarat raja dan hukum Allah (Fang, 1991:152).
c. Ceritanya masih ada unsur masa lampau tapi sudah ditulis siapa nama pengarangnya , berbeda dengan karya sastra sebelumnya yang belum dicantumkan nama pengarangnya.
B. Abdullah bin Abdul Kadir Munsyi bukan sastrawan Indonesia
Abdullah bin Abdulkadir Munsyi dilahirkan di Malaka pada tahun 1796. ia adalah seorang sastrawn melayu dari keturunan keluarga terpelajar. Ayahnya seorang narasumber, pakar bahasa Melayu dari Britania Raya. Munsyi adalah seorang keturunan Arab, tepatnya dari Yaman. Namun fakta menunjukkan Abdulkadir Munsyi sendiri adalah keturunan Tamil dan pandai berbahasa nenek moyangnya. Konon leluhurnya adalah seorang guru agama dan guru bahasa Arab yang sekian lama menetap di India Selatan. Karena itulah Abdullah bin Abdulkadir Munsyi beristrikan wanita keturunan Tamil
Sebagai seorang sastrawan, Abdulkadir Munsyi dikenal suka menulis karya sastra yang penuh dengan nasehat dan pengajaran. Di antara karyanya yang terkenal yaitu Hikayat Abdullah dan Hikayat Panca Tanderan. Hikayat Abdullah bercerita tentang kondisi pada paruh pertama abad ke 19. Misalkan mengenai kota Malaka dan Singapura. Diceritakan juga tokoh - tokoh yang berpengaruh pada masa tersebut seperti John Stamford Raffles, Lord Minto, Farquhar dan Timmerman Thijssen. Selain itu ia banyak juga menceritakan perihal kehidupan sehari-hari bangsa Melayu kala itu. Adapun Hikayat Panca Tanderan bercerita tentang sebuah negeri di tanah Hindustan bernama negeri Padalipurwan. Negeri ini diperintah oleh Raja Sukadarma.
Nama Abdullah bin Abdul Kadir Munsyi, atau disingkat Abdullah Munsyi, sudah akrab di masyarakat Malaysia dan Indonesia. Banyak sarjana dan ahli membahas karya-karyanya, tetapi keliru karena menganggap apa yang ditulis Abdullah Munsyi sebagai fakta sejarah. Padahal, karya Abdullah Munsyi merupakan fiksi.
Kenyataan itu terungkap ketika budayawan Ajip Rosidi membahas tiga jilid buku Karya Lengkap Abdullah bin Abdul Kadir Munsyi yang ditulis Amin Sweeney, profesor emeritus dalam bidang pengkajian Melayu dari Universitas California, Berkeley, yang kini tinggal di Jakarta. ”Sebagai fiksi, maka usaha para sarjana yang mencoba memeriksa data-data historis berhubungan dengan karya-karya Abdullah Munsyi hanya perbuatan sia-sia belaka,” katanya.
Di hadapan sekitar 200 orang yang hadir dalam bedah buku itu, Ajip menegaskan, meskipun dalam karangan-karangannya Abdullah Munsyi selalu menggunakan kata ganti orang pertama, sebagai saksi tentang apa yang terjadi dan diceritakannya seperti Singapura terbakar, perjalanan ke Kelantan dan ke Mekkah, pada dasarnya karya Abdullah Munsyi merupakan fiksi.
Dalam buku Karya Lengkap Abdullah bin Abdul Kadir Munsyi (penerbit Kepustakaan Populer Gramedia bekerja sama dengan Ecole Francaise d`Extreme-Orient, Jakarta), Amin Sweeney juga membahas secara mendalam tentang sastra lisan dan pernaskahan.
Amin Sweeney yang juga tampil mendampingi Ajip Rosidi pada sesi dialog menegaskan, banyak sarjana dan pakar melakukan pendekatan sejarah, tetapi tidak masuk ke dalam teks itu sendiri. Mereka memeriksanya dengan data-data sejarah yang mereka peroleh di luar teks.
Abdullah bin Abdulkadir Munsyi wafat di Jeddah pada tahun 1854.
C. Peranan Kesusatraan Peralihan dalam Kesusastraan Indonesia
Karya Abdullah bin Abdul Kadir Munsyi dianggap bercorak baru karena tidak lagi berisi tentang istana dan raja-raja, tetapi tentang kehidupan manusia dan masyarakat yang nyata. Misalnya Hikayat Abdullah ( otobiografi ), Syair Perihal Singapura dimakan Api, Kisah Pelayaran Abdullah ke Negri Jeddah. Pembaharuan yang ia lakukan tidak hanya dalam segi isi, tetapi juga bahasa. Ia tidak lagi menggunakan bahasa Melayu yang ke Arab-araban. Kesusastraan Peralihan yaitu perkembangan dari sastra Melayu klasik ke sastra Melayu Modern. Dilihat dari sudut isi dan bahasa yang digunakan oleh pengarang nya . jadi peranannya peralihan sastra Melayu Klasik ke sastra Modern dengan adanya karya-karya yang sudah ada.
D. Contoh kesusastraan Peralihan
Beberapa buah karya sastra pada zaman peralihan antara lain :
1. Syair Abdul Muluk karya Siti Suleha
2. Gurindam Dua Belas karya Raja Ali Haji
3. Kisah pelayaran Abdullah ke Negeri jeddah karya Abdullah Munsyi
4. Kisah pelayaran Abdullah ke Kelantan karya Abdullah Munsyi
5. Syair Singapura dimakan Api karya Abdullah Munsyi
6. Hikayat Abdullah karya Abdullah Munsyi
7. Panji Tanderan karya Abdullah Munsyi
8. Hikayat Kalilah dan Daminah karya Abdullah Munsyi
Contoh dari salah satu Gurindam Dua Belas ( Raja Ali Haji )
Gurindam pasal pertama
Barang siapa tidak memegang agama
Sekali-kali tidakkan boleh di bilangkan nama
Barang siapa mengenal yang empat
Ia itulah orang yang makrifat
Barang siapa mengenal Allah
Suruh dan tengahnya tiada ia menyalah
Barang siapa mengenal dunia
tahulah ia barang yang terperdaya
Barang siapa mengenal akhirat
Tahulah ia dunia mudarat
Kurang fikir, kurang siasat
Tinta dirimu kelah tersesat
Fikir dahulu sebelum berkata
Supaya terlelah selang sengketa
Kalau mulut tajam dan kasar
Boleh ditimpa bahaya besar
Jika ilmu tiada sempurna
Tiada berapa ia berguna.
BAB III
PENUTUP
Kita telah mengetahui bahwa sastra zaman peralihan adalah sastra yang lahir dari pertemuan sastra yang berunsur Hindu dengan sastra yang berunsur Islam di dalamnya. Dua tokoh yang terkenal pada masa itu adalah Raja Ali Haji dan Abdullah bin Abdulkadir Munsyi. PENUTUP
A. KESIMPULAN
Secara umum, dapat dikatakan bahwa zaman peralihan adalah zaman di mana kebudayaan Hindu masih tetap meninggalkan pengaruhnya dan berangsur-ansur melemah. Sementara itu, pengaruh Islam mulai terlihat dalam kesusastraan Melayu.
Pengaruh Hindu di alam Melayu telah ada sejak abad I sesudah Masehi, tidak hilang begitu saja dengan kedatangan Islam pada kurun abad ke-13 M. Pengaruh Hindu yang telah berkembang tersebut, sulit kiranya untuk dihilangkan perannya dari peradaban dan kesusastraan Melayu. Abad XV dianggap sebagai abad penutup pengaruh Hindu di kepulauan Melayu.
B. SARAN
Demikianlah makalah berjudul “Kesusastraan Peralihan” ini kami buat berdasarkan sumber-sumber yang ada. Kami juga menyadari, masih ada banyak kekurangan di dalam penulisan makalah ini. Sehingga perlu bagi kami, dari para pembaca untuk memberikan saran yang membantu supaya makalah ini mendekati lebih baik. Atas perhatian Anda semuanya, kami ucapkan terima kasih.